Untuk memberi bayi ASI perahan, jauh-jauh hari sebelum masa cuti berakhir ibu memang harus menyiapkan diri sendiri dan bayi. Apalagi jika si buah hati merupakan anak pertama. Beratnya meninggalkannya memang luar biasa. Apalagi siang hari tak bersamanya dan tak menyusuinya pasti berat. Di kantor, saat payudara bengkak karena produksi ASI tak disusu bayi, ingatan ibu pastilah pada buah hati di rumah.
Mempersiapkan diri
sendiri menjadi penting. Pertama, adalah mempersiapkan mental untuk
meninggalkan bayi dan memupuk rasa percaya bahwa ia akan baik-baik saja di
rumah. Kedua, persiapan dengan mulai belajar memerah dua minggu sebelum cuti
berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara mulai terasa membengkak, segera
perahlah payudara lalu simpan di kulkas. Esok siang, ASI perah tersebut bisa
ibu berikan pada bayi.
Tetap memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh. Ini bukan hal mudah. Apalagi jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan. Tapi, jangan menyerah. Pelan-pelan jelaskan sama ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, dan bahwa usus bayi belum siap mencerna makanan. Begitu juga jelaskan pada pengasuh, kerjasama orangtua dengan pengasuh di rumah ini juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.
Selama ibu di kantor, ASI harus diperah minimal 2 jam sekali. Namun jika tidak memungkinkan bisa dilakukan 3 jam sekali. Hal ini harus rutin dilakukan agar produksi ASI tetap lancar dan tak berhenti. Memerah ASI selama di kantor bisa dilakukan dengan menggunakan breastpump dan atau marmet (dengan tangan).
Memerah ASI dengan Pompa
Cara
“menabung” ASI perah yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa
ASI elektrik. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara
lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu piston atau pompa
berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga
memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan
tekanannya bisa diatur.
Ironisnya,
pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih
banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif
sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI.
Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang
yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa
disterilisasi. Selain itu,
tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata.
Memerah ASI dengan Tangan
Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu
membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri,
ASI bisa keluar lancar! Memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara
15 menit. Cara back to nature ini sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit
anatomi payudara.
Payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu “pabrik”
(di daerah dada berwarna putih), saluran, dan “gudang” (di daerah warna cokelat
atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. “ASI diproduksi di
‘pabrik’nya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap ‘pabrik’ ASI
dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke
salurannya menuju ‘gudang’. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat
utamanya ASI di ‘gudang’ harus habis lebih dulu. Bila ‘gudang’ kosong, barulah
‘pabrik’ akan mengisinya kembali, begitu seterusnya.
Sebenarnya memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta
gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar.
Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. Bila tak keluar banyak, kemungkinan
teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage
payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage
payudara adalah ‘pabrik’ ASI bukan ‘gudang’nya. Kan, kita tak bisa langsung
mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus melalui ‘gudang’ dulu.” Jadi, bila
tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa.
Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul
bisa mencapai 500 cc.
Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di “gudang”. Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperah.
No comments :
Post a Comment