October 22, 2016

Perjuangan Mutasi

Perjuangan panjang itu bernama mutasi.
Mutasi atau pindah kerja antar instansi antar provinsi ini benar-benar menguras seluruh energi dan pikiranku. Yang utama adalah pikiran. Hampir-hampir tiap saat kepikiran banget. Sebegininya ya ikhtiar seorang PNS perempuan sebagai seorang istri yang memperjuangkan agar tetap bisa bekerja namun dekat dengan suami sang belahan jiwa. Saya dan suami memang LDR sejak awal menikah karena posisi kami sudah sama-sama PNS. Saya PNS Pemda Kab. Tegal, sedangkan suami PNS Kementerian Keuangan Jakarta.
Perjuangan panjang ini dimulai dengan pengajuan surat mutasi. Bulan Januari 2016 saya mengajukan surat permohonan mutasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Alasan mutasi ke Pemda Kab. Bogor supaya dekat dengan rumah. Ya kami sudah membeli rumah di Bojonggede Bogor. Pada saat pengajuan saya mendapat izin/rekomendasi dari atasan langsung saya.
Setelah pengajuan itu, bulan April 2016 saya di-sms oleh BKPP Kab Bogor, saya diminta untuk mengambil surat undangan tes mutasi yang bertempat di ruang rapat Setda Kab. Bogor. Saat itu suami saya yang saya minta untuk mengambil surat undangannya. 
Saya masih ingat betul tanggal 17 April 2016 saya menjalani tes mutasi, dimulai pukul 08.00 berakhir pukul 15.00. Soalnya banyak banget boooo. Subhanallah 400 ratus soal adalah. tapi ada semangat tersendiri karena pada saat tes di luar Gedung Setda sang suami ma Rafi anak pertama saya menunggui saya yang sedang mengerjakan tes mutasi.
Bulan Juni diumumkan bahwa saya lulus tes mutasi, dan diberi waktu 1 tahun untuk mengurus segala sesuatunya. Itu artinya saya dikasih waktu cuma sampai Juni 2017 untuk menyelesaikan urusan mutasi ini.

Akhirnya bergeraklah.
Saya menghadap atasan saya langsung yang memang baru diganti. Dan ternyata tanggapannya tidak seperti yang saya harapkan. Berbeda dengan atasan saya yang sebelumnya yang meng-acc, atasan saya yang baru tidak meng-acc. Sedih. Ah sudah pasti.
Sebulan berlalu dan atasan langsung saya tidak bergeming.
Kemudian saya dan suami menghadap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. Alhamdulillah langsung acc. Pak Hen bilang tidak sepatutnya seseorang menahan seorang PNS karena mau mutasi ikut suami. Yaa memang ketika sudah mengajukan mutasi, mulai tidak fokus mengerjakan kerjaan di sini. Terima kasih Pak dr. Hendadi Setiaji, M.Kes. Jasa baik bapak semoga menjadi catatan amal kebaikan dan hanya Allah yang membalasnya.

Surat Persetujuan Mutasi dari Kepala Dinas Kesehatan

Proses mutasi terus berlanjut. Surat rekomendasi Kadinkes dan Berkas-berkas pendukungnya saya bawa ke BKD Kabupaten Tegal. Saya dan suami bertemu dengan Kasie Mutasi, Kabid Mutasi, dan Sekda. Semua meng-acc. Alhamdulillah 2 minggu kemudian saya menerima surat persetujuan dari Bupati.

Surat Persetujuan Mutasi dari Bupati Tegal

Untuk selanjutnya maju ke BKD Provinsi Jawa Tengah. Di sini tidak lama. Ketika berkas lengkap diterima oleh Bu Narti, diproses, dan 3 hari kemudian surat sudah jadi.

Surat-surat dari BKD Provinsi Jawa Tengah

Setelah dari BKD Provinsi Jateng, pengajuan mutasi dilanjutkan ke BKD Provinsi Jawa Barat dan BKN Regional III di Bandung. Setelah itu tinggal menunggu SK penempatan.
Alhamdulillah untuk semua kemudahan ini Yaa Allah. Walaupun dalam perjalanannya ada yg mengecilkan arti perjuanganku. Yaa ada yg bilang ngurus mutasi antar provinsi mah harus bayar puluhan juta biar acc apalagi gak ada koneksi pejabat sama sekali. Dia lupa ada Allah. Allah-lah yang menggerakkan tangan2 itu untuk meng-acc berkasku. Keberkahan hidup itu harus dimulai dengan cara yg benar, tidak melulu segala sesuatu harus dg uang kan? Aku menjadi PNS dengan cara yg benar, mutasi pun harus dengan cara yg benar. Gusti Allah mboten sare. Alhamdulillah Yaa Allah kuterima surat-surat ini dengan penuh syukur. MasyaAllah tabarakallah.

@niessyah
~Slawi, Oktober 2016~

March 01, 2016

Biasa Tapi Berbahaya

"Baca ini bener-bener menjadi pengingat diri, kadang saking akrabnya sama teman, tak sadar berkomentar asal. Harus benar-benar jaga lidah. Menurut  Imam Ghazali, yang paling tajam di dunia ini adalah lidah. Benar saja. Kadang tanpa kita sadari kita telah menyakiti, bahkan menghancurkan hidup orang lain. Berhati-hatilah menjaga lidah."

Repost dari grup:
Sekilas terdengar "biasa" tapi bisa berbahaya.....
1. Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah ia melahirkan:
"Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?"
"Tidak ada." Jawabnya pendek
Saudara laki2nya berkata lagi, "masa sih... ? apa engkau tidak cukup berharga di mata suamimu......?? Aku saja sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".
Siang itu... ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah.. Keduanya lalu terlibat pertengkaran... Sebulan kemudian... Antara suami istri ini terjadi perceraian..
Dari mana sumber masalahnya .??
Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki2 sang istri....

2. Saat arisan seorang ibu bertanya,
"Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit..........?? bukankah anak-anakmu banyak??"
Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya...
Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
Darimana masalah ini bermula........?
Dari komentar seorang ibu saat arisan.

3. Seorang teman bertanya, ''Berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan??"
Ia menjawab, "1 juta rupiah."
"Cuma 1 juta rupiah...?? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu.. apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu......??"
Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya.
Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko : tapi pemilik toko menolak dan mem-PHK nya.
Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
Darimanakah permasalahan ini berawal...?
Dari pertanyaan seorang teman

4. Seseorang bertanya pada kakek tua,
"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan..........??"
Si kakek menjawab, "sebulan sekali".
Sang penanya menimpali, "wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering".
Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya.
Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya...
Darimana masalah ini berawal.....?

Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan2 di atas....??
Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Mengecilkan dunia mereka.
Menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka. dst dst.
Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini.
Bila ada bom yang meledak cobalah intropeksi diri.
Bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya....